Baca Juga: Ketika Curhat Berujung Maut: Fakta Baru Kasus Dina Oktaviani di Sungai Citarum
Faktor Ekonomi, Akar Kejahatan Klasik
Polisi mengungkap bahwa motif Herianto sederhana ekonomi. Ia tergiur mengambil barang milik korban.
Tapi di balik itu, ada akar persoalan lebih dalam: ketimpangan sosial dan tekanan hidup.
Banyak pekerja sektor ritel dengan gaji minim, beban kerja tinggi, dan peluang hidup terbatas. Tekanan itu, jika bertemu dengan moral yang rapuh, bisa berubah menjadi tindakan kriminal.
Namun, apapun alasannya, nyawa manusia tak sebanding dengan uang atau barang.
“Motif pelaku murni ekonomi. Ia mengaku ingin menguasai harta korban,” ungkap Kasat Reskrim Polres Karawang, AKP Nazal M Fawwaz.
Baca Juga: Pembunuhan Dina Oktaviani Terungkap, Pelaku Rupanya Atasan Sendiri dengan Motif Ekonomi
Luka Sosial yang Lebih Dalam
Tragedi ini meninggalkan luka yang jauh lebih besar dari sekadar kehilangan. Ia menyentuh ranah sosial, bagaimana perempuan muda sering menjadi korban dalam situasi tidak setara baik secara ekonomi maupun psikologis.
Dina hanya ingin mencari pertolongan, tapi malah dijerat oleh sosok yang memegang kekuasaan atasnya.
Kasus ini seharusnya menjadi momentum refleksi: tempat kerja seharusnya menjadi ruang aman, bukan ladang eksploitasi.
Relasi atasan-bawahan perlu etika yang kuat, dan setiap institusi — sekecil apapun wajib menumbuhkan budaya aman, terbuka, dan bebas intimidasi.
Baca Juga: Dari Galau Berujung Kematian, Tragedi Dina Oktaviani Gegerkan Karawang
Sungai yang Tak Bisa Menyimpan Dosa