"KCIC di bawah Danantara, mereka sudah punya manajemen sendiri, punya dividen sendiri,” tegas Purbaya saat Media Gathering di Bogor, Jumat (10/10/2025).
Ia menambahkan, Danantara mendapatkan dividen sekitar Rp80 triliun per tahun, angka yang seharusnya cukup untuk menutup utang tanpa bantuan APBN.
"Kalau pakai uang negara, nanti semua beban balik ke kita, termasuk dividennya. Harus dipisahkan antara swasta dan pemerintah,” ujarnya tegas.
Di satu sisi, masyarakat sudah mulai menikmati manfaat Whoosh, perjalanan lebih cepat, efisien, dan berkelas.
Di sisi lain, negara harus berhitung cermat agar tidak mengulang kesalahan masa lalu, proyek besar yang membebani fiskal.
Baca Juga: Mensesneg: Pemerintah Tak Akan Bebankan Utang KCIC ke APBN
Pedagang kecil di sekitar Stasiun Tegalluar mengaku pendapatannya naik sejak Whoosh beroperasi.
"Sekarang ramai terus. Banyak yang datang naik Whoosh, beli makanan, beli oleh-oleh,” ujar Dede (42), salah satu pedagang.
Jalan Tengah yang Sedang Disiapkan
Menurut sumber di lingkaran pemerintah, ada tiga opsi yang sedang dikaji:
- Restrukturisasi pinjaman luar negeri agar bunga dan tenor lebih ringan.
- Optimalisasi pendapatan KCIC lewat peningkatan volume penumpang dan layanan bisnis.
- Kolaborasi investasi swasta nasional, agar tidak bergantung pada dana publik.
Semua opsi itu diharapkan bisa memastikan proyek Whoosh tetap beroperasi sehat, baik secara teknis maupun finansial.
Baca Juga: Utang Whoosh Jadi Sorotan, Pemerintah Siapkan Solusi Cerdas Tanpa 'Sunat' APBN
Lebih dari Sekadar Transportasi
Proyek Whoosh bukan hanya soal kecepatan. Ia adalah simbol arah baru pembangunan Indonesia modern, efisien, dan terkoneksi.
Namun seperti setiap perubahan besar, ada harga yang harus dibayar. Tantangan utang hanyalah bagian dari proses panjang menuju transformasi ekonomi yang lebih maju.