"Hilangnya frasa itu saja, kami sudah sangat tersakiti," kata Hery lagi.
Ia menyebut guru madrasah tersinggung dan sakit hati dengan penghilangan frasa madrasah dalam RUU Sisdiknas.
"Kami tersinggung. Kami sakit hati atas hilangnya frasa itu. Apapun logika yang disampaikan oleh Mas Menteri (Nadiem Makarim), tidak serta-merta mengobati luka hati kami," tegas Hery.
Pemerintah, kata dia, seolah lupa bahwa pendidikan madrasah merupakan benteng terakhir dari pendidikan akhlak.
"Saya ingatkan guru madrasah ini benteng terakhir pendidikan moral dan akhlak anak bangsa kita di Indonesia. Kalau seandainya pendidikan di madrasah ini disepelekan, maka sama saja kita menyepelakan akhlak dan moral anak-anak kita di daerah," imbuhnya.
Selama ini, kata Hery, guru madrasah telah berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk membentengi anak-anak di daerah agar akhlak dan moralnya terjaga.
"Kami korbankan apa yang kami punya untuk bisa membuat mereka menjadi anak-anak yang berakhlak dan bermental yang baik," katanya.
Menurut Hery, penghilangan madrasah dalam RUU Sisdiknas merupakan bentuk pelecehan terhadap madrasah di Indonesia.
"Tapi kemudian kami dilecehkan dalam RUU Sisdiknas itu, kami tidak terima," tegas Hery Purnama. ***
Artikel Terkait
Guru Honorer Otomatis Lulus PPG, Nadiem Makarim Jamin Dapat Tunjangan Profesi
Ribuan Guru Lulus PG Nangis Tak Dapat Formasi P3K 2022, DPR Tagih Janji Nadiem Makarim
Anggota DPR Minta Video Guru P3K Ngadu ke Kopi Johny Hotman Paris Diputar di Depan Nadiem Makarim
Nadiem Makarim Ngaku Salah di PBB, Sebut Manager Tim Shadow Setingkat Dirjen
Anggota DPR Sindir Nadiem Makarim Dapat Tepuk Tangan di PBB, Komisi X Bulan-bulanan