SEWAKTU.COM - Bahasa Jaksel. Milenial menjadi sangat cepat dalam perubahan karena pada usia tersebut mereka sedang mencari jati diri.
Ketika mereka mungkin sudah terbiasa dengan gaya bahasa temannya, maka mulailah mencoba mencampuradukkan bahasa yang digunakan atau yang biasa kita kenal Bahasa Jaksel
Hal ini biasanya terjadi karena seseorang sedang belajar bahasa baru dan belum menguasai semua kosakata dalam bahasa tersebut. Simak Bahasa Jaksel, apa alasan di balik Fenomena Bahasa Jaksel ini.
Baca Juga: Bahasa Jaksel 2022, Amankah Untuk Perkembangan Anak?
Misalnya dalam belajar bahasa asing, saya juga masih sering menggunakan kata-kata bahasa Indonesia ketika berbicara bahasa Inggris karena ada beberapa kosakata yang saya tidak tahu.
Namun kita sebagai kaum milenial, bisa berbahasa Inggris dengan baik itu nilai lebih, tapi alangkah lebih baiknya kita juga tidak merusak bahasa Indonesia itu sendiri, jangan sampai karena kebiasaan mencampuradukkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa ibu kita sudah lama terkikis dan terlupakan.
Indonesia sendiri tidak ada catatan pernah dijajah oleh Inggris, tapi fenomena percampuran bahasa ada di Indonesia lho. Fenomena ini baru terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Jakarta Selatan.
Baca Juga: Bahasa Jaksel, Bahasa Gaul Overrated Anak Tongkrongan Jaksel
Anak kecil atau yang biasa kita sebut dengan millennials menggunakan bahasa Indonesia bercampur bahasa Inggris dalam kesehariannya, bahkan sebagian orang menyebutnya sebagai 'bahasa anak Jaksel'.
Gaya komunikasi dengan “Bahasa Jaksel,” alias mencapurkan kata multibahasa ternyata punya dampak positif. Hal ini bahkan terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan prestasi akademik pelajar.
Gaya ngobrol multibahasa ini tentu nggak cuma terjadi di Indonesia. Negara Singapura yang dikenal menggunakan campuran bahasa Inggris dan Melayu punya “Singlish.”
Baca Juga: Bahasa Jaksel, Fenomena Sosial Greget yang Which is Diciptakan Anak Muda Overwhelm
Selain itu ada pula negara Kanada yang punya “Franglais” yang merupakan campuran bahasa Inggris dan Perancis. Banyak orang menyebut gaya komunikasi bercampur tersebut menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk berpikir terstruktur dan sistematis.
Padahal faktanya nggak begitu. Menurut penelitian, siswa multibahasa punya kemajuan dua sampai tiga kali lipat lebih besar, khususnya di bidang membaca dan matematika, daripada teman-teman mereka yang menggunakan satu bahasa. Ada 3 alasan yang jadi penyebab hal ini terjadi.