Peserta penelitian juga melaporkan merasa lapar saat kadar garam mereka lebih tinggi, meski pun mereka mendapatkan jumlah kalori dan nutrisi yang sama.
Baca Juga: Viral Wasit Liga 3 Dikeroyok Tim dan Ofisial NZR Sumbersari FC, PSSI Ambil Langkah Tegas
“Jadi ginjal harus menemukan cara untuk meningkatkan kadar air dan jika Anda memiliki lebih banyak kandungan air di tubuh Anda akan menjadi kurang haus. Ini mungkin karena dibutuhkan energi ekstra bagi tubuh untuk menghemat air,” imbuh Titze.
Dalam makalah kedua, para peneliti mereplikasi temuan mereka pada tikus.
Dalam percobaan ini, peneliti menemukan bahwa tikus dengan diet tinggi garam makan lebih banyak makan.
Mereka juga menemukan bahwa diet tinggi garam dikaitkan dengan pemecahan protein otot.
Protein diubah menjadi urea, zat kimia yang memungkinkan ginjal menyerap kembali cairan dan mencegah kehilangan air saat garam diekskresikan.
Baca Juga: Puluhan Wali Murid di Padang 'Geruduk' Ombudsman, Ada Apa?
Terlebih lagi, proses pemecahannya didorong oleh peningkatan senyawa glukokortikoid, suatu senyawa yang pada manusia telah dikaitkan dengan perkembangan diabetes, obesitas, penyakit jantung dan osteoporosis.
Jika diet tinggi garam memicu peningkatan glukokortikoid maka hal itu bisa memengaruhi terhadap masalah kesehatan kronis lainnya.
Itu berpotensi meningkatkan risiko sindrom metabolik, kombinasi tiga atau lebih faktor risiko penyakit jantung dan diabetes.***
Artikel Terkait
Bagaimana Caranya Hidup Tanpa Harus Stres? Ini Dia Kuncinya
Tahu Tidak Mitos dan Fakta Tentang Sambaran Petir yang Ternyata Benar Mengerikan
Ketika Sedang Canggung Please Segera Lakukan 4 Hal Ini
Ini Dia Ciri-ciri Wanita Setia Pada Pasangannya, Jadi Nggak Semua Tukang Selingkuh Ya
Tahu Tidak Jika 4 Makanan Ini Akan Jauh Lebih Sehat Jika Dimasak Menggunakan Microwave?