Masalah overkapasitas, keterbatasan petugas, dan lemahnya pengawasan teknologi membuatnya justru menjadi “lahan subur” bagi praktik gelap.
Dalam banyak kasus, narapidana tidak berubah, mereka hanya berpindah tempat untuk melakukan kejahatan.
Pemerintah memang gencar menyebut program rehabilitasi berjalan, namun realitas di lapangan sering berkata lain. Pembinaan yang seharusnya menyembuhkan, kerap berubah menjadi sekadar formalitas tanpa arah.
Baca Juga: Kejari Jakpus Beberkan Dugaan Peredaran Narkoba di Penjara oleh Ammar Zoni
Ketika Selebritas Jadi Cermin Masyarakat
Kasus Ammar Zoni menyentuh sisi lain dari fenomena sosial kita, kegagalan publik figur untuk menjadi panutan.
Di satu sisi, masyarakat haus akan sosok inspiratif. Tapi di sisi lain, publik juga cepat menyalakan api penghakiman ketika sang idola terjatuh.
Masalah narkoba bukan hanya tentang pilihan individu, tapi juga tentang lingkaran sosial yang gagal memutus ketergantungan.
Ammar Zoni hanyalah satu nama dalam daftar panjang artis yang terjerat kasus serupa. Namun, dari setiap kasus, kita seolah tak belajar apa pun.
Baca Juga: Aktor Ammar Zoni Diduga Edarkan Narkoba dari Dalam Rutan Salemba
Apa yang Harus Berubah?
Sudah saatnya pemerintah tidak hanya fokus pada hukuman, tetapi juga pada perbaikan sistemik.
- Pengawasan berbasis digital di setiap rutan harus jadi prioritas.
- Petugas perlu dilatih untuk mengenali pola jaringan narkotika di balik sel.
- Rehabilitasi harus berbasis pemulihan mental, bukan sekadar pembatasan fisik.
Dan bagi masyarakat, sudah waktunya berhenti melihat kasus narkoba artis sebagai sekadar 'drama selebritas'.
Ini adalah cermin sosial bahwa sistem hukum dan pembinaan kita masih bolong di banyak sisi.***