Arifin dan Hassan melanjutkan studinya di Jepang hingga lulus. Kelak Arifin melanjutkan studi ke Georgetown University, menjadi diplomat, jurnalis hingga akademisi di Indonesia dan Malaysia.
Sementara Hassan membangun usaha pelayaran dan kargo kemudian menjadi anggota DPR-MPR di masa orde baru. Hasan Rahaya kelak jadi anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Arifin pensiun dan tinggal di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, hingga akhir hayatnya, wafat dalam usia 85 tahun pada 2 September 2010 dan dimakamkan di TPU Pondok Benda, Pamulang. Hassan wafat pada usia 90 tahun pada 30 Desember 2014.
Puncak drama kemanusiaan
Arifin Bey dalam bukunya, 'Beyond Civilizational Dialogue (2013)', menulis selama dua minggu dia hidup bersama debu-debu bom atom menyebabkan kehancuran cukup besar pada sel darah putih dia.
Setelah itu dia bertahun-tahun melakukan pengobatan dan cukup lama hidup berhati-hati. Setelah dua puluh tahun berlalu, dan usianya memasuki 50 tahun, Arifin Bey merasa kesehatannya telah sembuh.
Saya dapat katakan, bom Hiroshima adalah drama pamungkas dalam drama penghancuran kehidupan, kata Arifin.
"Menurut kata batin saya, Amerika yang menjatuhkan bom dan Jepang yang mengalami kerusakan akibat bom itu sama-sama tenggelam dan hanyut dalam tindakan dingin penyangkalan kehidupan".
Dalam drama ini AS disimbolkan sebagai lakon yang mewakili kemajuan dan kecerdasan manusia. Namun penemuan dan penggunaan bom atom ini, pertama dalam sejarah manusia, dalam kasus ini menunjukkan sebagai tindakan penghancuran dan menegasikan kehidupan.***
Artikel Terkait
Sejarah Bom Hiroshima dan Nagasaki, Bagaimana Kronologi Dari Kejadian Mengerikan Ini?
Pelaku Bom Hiroshima, Ini Dia Pilot Pesawat B-29 Pembawa Bom Hiroshima
Jam Berapa Bom Hiroshima Dijatuhkan? Simak Penjelasan Lengkapnya!
Berapa Korban Bom Hiroshima? Begini Penjelasannya
Peringatan Bom Hiroshima, 77 Tahun Peringatan Bom Hiroshima Pada Tanggal 6 Agustus