Penyebab tingginya masalah kesehatan mental juga dipicu dari kurang adanya keterbukaan masyarakat mengenai hal tersebut, mereka memilih untuk diam dan mencoba untuk melakukan penanganan sendiri, dengan cara primitif dan kuno.
Kurang adanya keterbukaan juga menutup kemungkinan buat adanya penanganan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau institusi lembaga kesehatan. Masyarakat masih beranggapan bahwa kelainan mental bukan merupakan penyakit yang butuh penanganan secara serius, sama sekali tidak lebih berbahaya dari pada penyakit fisik ( yang terlihat).
Ada beberapa hal lain yang menjadi pemicu tingginya masalah kesehatan mental yaitu yang pertama minimnya edukasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan hal tersebut dan kedua masih tebalnya stigma buruk masyarakat terhadap penderita masalah kelainan mental.
Baca Juga: Kesehatan Mental Menurut WHO, 70 Persen Orang Menderita Gangguan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia
Yang pertama adalah masih kuatnya stigma masyarakat terhadap penderita kelainan mental. Mereka para penderita seakan dianggap sebagai manusia yang berbahaya sehingga harus diberikan perlakuaan yang kurang wajar atau bahkan tidak manusiawi, salah satu bentuknya adalah pemasungan.
Hal ini masih bisa dengan mudah kita jumpai terutama didaerah pedalaman atau pelosok pelosok daerah. Masyarakat pelosok masih beranggapan bahwa pemasungan adalah salah satu bentuk penanganan, padahal bukan. Apabila cara ini masih dianggap sebagai cara yang relevan maka semakin tingginya angka kelainan mental akan semakin sulit untuk dihindarkan, pada akhirnya berakibat pada penambahan beban negara terhadap penanganan yang semakin banyak.
Yang kedua adalah Minimya edukasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan kelainan mental beserta penangananya menjadi salah satu faktor masih tingginya angka kelainan mental di Negara kita.
Peranan dalam Memberikan edukasi dan pemahahan mengenai kesehatan mental, gangguan kesehatan mental, berikut dengan penanganannya bukan hanya dibutuhkan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan kesehatan mental, melainkan kepada seluruh masyarakat pada umumnya.
Dalam konsep person in environment yang menjadi salah satu ciri khas dari pekerjaan sosial menjelaskan bahwa keberadaan seseorang individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.
Untuk perihal kesembuhan penderita gangguan kesehatan mental maka seluruh lapisan masyarakat wajib dan berhak mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya untuk menciptakan lingkungan (sosial) yang proporsional bagi kesembuhan para penderita.
Ketersediaan informasi yang tersampaikan pada masyarakat adalah salah satu bentuk upaya untuk sedikit menggeser stigma kuat masyarakat mengenai kesehatan mental. Melalui bentuk pemahaman yang dilakukan oleh kelompok maupun personal akan mampu menghapuskan paradigma yang ada.
Paradigma baru yang terbentuk tentunya akan menjadi sebiah hal yang baru, upaya dalam rangka mengantarkan Indonesia lebih baik, terciptanya kesejahteraan yang termanifestasi melalui rakyat yang sehat secara fisik maupun psikis serta rakyat yang informatif dan edukatif.
Pada kesimpulanya yang bisa kita upayakan sebagai mahasiswa adalah memberikan sebuah edukasi kecil terhadap masyarakat sekitar bahwa penderita kelainan mental tidak boleh dijauhi, dikucilkan, apalagi diberikan penanganan yang tidak manusiawi. Mereka perlu untuk diobati dan mendapatkan perawatan berupa penanganan secara medis atau psikologis. Akan selalu ada lembaga atau instansi kesehatan yang dapat memberikan penangan yang lebih baik.***
Artikel Terkait
Gara-gara Masalah Kesehatan Mental, Shawn Mendes Resmi Tunda Seluruh Jadwal Tur
Luka Psikologis Batin Itu Apa? Jangan Dibiarkan Kenali Luka Mendalam untuk Kesehatan Mental
Kesehatan Mental Remaja, Banyak Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan Mental Anak, Bagaimana Cara Menjaganya?