Sewaktu.com- Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di masyarakat tentang Tes Potensi Akademik (TPA). Rencananya, sistem pendidikan Indonesia, khususnya SMP dan SMA, akan menjadikan tes ini sebagai salah satu pilihan penerimaan.
Hal ini menimbulkan perdebatan karena tidak semua orang mengenal tes potensi akademik, bahkan ada yang khawatir dengan penerapan sistem ini. Artikel ini membahas secara singkat tentang seluk beluk tes potensi akdemik atau TPA, tujuan dari TPA itu sendiri, penguji, dan hal-hal lain yang terkait dengan TPA ini.
Apa itu TPA?
Tes Potensi Akademik atau biasa disingkat TPA adalah tes yang mengukur kemampuan berpikir siswa, termasuk kemampuan pemahaman dan penalarannya saat ini. Tingkat kemampuan berpikir seorang siswa ditentukan oleh kemampuan berpikirnya dan pengalamannya di dalam dan di luar sekolah, dan kemampuan berpikir ini telah berkembang sejak ia lahir.
Tes potensi akdemik mengukur kemampuan berpikir siswa dari tiga aspek yaitu bahasa, angka dan gambar. Kemampuan verbal adalah kemampuan memahami dan menalar menggunakan bahasa, kemampuan numerik adalah kemampuan memahami dan menalar menggunakan angka, dan kemampuan grafis adalah kemampuan memahami dan menalar menggunakan gambar.
Mengapa TPA diperlukan dalam proses seleksi?
Tes potensi akdemik dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir siswa sehingga hasil tes dapat memprediksi apakah seorang siswa akan lebih berhasil secara akademis di tingkat yang lebih tinggi dan lebih kecil kemungkinannya untuk stres oleh tuntutan studi di sekolah nanti.
Siswa dengan kemampuan berpikir tinggi akan memiliki proses berpikir yang efektif dan efisien serta strategi pemecahan masalah yang memudahkan mereka dalam mempelajari mata pelajaran dan memecahkan masalah di sekolah, membuat mereka tidak terlalu cemas dalam belajar, dan mencapai prestasi akademik yang lebih baik.
Hasil skor TPA juga dapat digunakan sebagai gambaran kemampuan berpikir siswa (berpikir dengan kata-kata, angka atau gambar) yang dapat digunakan guru dan sekolah untuk mengembangkan proses pembelajaran di sekolah atau untuk membantu siswa secara individu.
Hasilnya, proses belajar siswa akan lebih efisien dan optimal karena siswa dapat memaksimalkan potensi kemampuan berpikirnya (menggunakan kata, angka atau gambar) dalam pembelajarannya.
Misalnya, jika profil berpikir siswa menunjukkan kemampuan berpikir yang lebih kuat dengan gambar dibandingkan dengan kata-kata dan angka, maka anak harus diminta untuk membuat sketsa gambar untuk memahami materi pelajaran yang mencakup bahasa tingkat lanjut.
Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di masyarakat tentang tes potensi akademik (TPA). Rencananya, sistem pendidikan Indonesia, khususnya SMP dan SMA, akan menjadikan tes ini sebagai salah satu pilihan penerimaan.